Sabtu, 13 September 2014
Orang Sakit dan Ketidakjelasan Informasi
Selasa, 08 Maret 2011
Harapan Selalu Ada
Cerita ini didapat di kuliah hari Senin, 7 Maret 2011. Dosen saya menceritakan suatu kisah nyata. Memang yang dibahas ada lah segi hukumnya, tapi saya malah dapat sesuatu yang lain. Silahkan disimak ceritanya dengan bahasa saya sendiri :)
Ada seorang anak, berkewarganegaraan WNI yang sedang bersekolah di Australia, sedangkan keluarganya tetap di Indonesia. Suatu hari si anak ini mengalami kecelakaan yang cukup hebat sehingga ia harus masuk rumah sakit (tentunya rumah sakit di Australia). Karena kecelakaan yang parah ini si anak sampai koma. Ia bernafas tetapi tidak merespon sama sekali. Keluarganya hanya bisa berharap si anak ini cepat sadar. Tiga bulan berlalu dan anak ini belum sadar, sama sekali tidak menunjukkan kondisi yang lebih baik. Sampai pihak rumah sakit menyarankan kepada keluarga anak ini agar alat-alat bantu yang selama ini membantu si anak untuk tetap hidup dilepas saja, dengan tujuan agar penderitaan anak ini segera terlepas (bahasa kasarnya biar mati aja). Keluarga ini mempertimbangkan saran dari pihak rumah sakit mengingat biaya pengobatan di rumah sakit yang tidak murah dan lagi keluarga ini harus bolak balik Indonesia-Australia yang tentunya memakan biaya, juga karena sepertinya sudah tidak ada harapan hidup bagi anak ini. Akhirnya keluarga ini setuju dengan saran dari pihak rumah sakit. Alat-alat bantu dilepas dengan harapan ketika dilepas si anak akan segera mati. Ternyata...setelah alat-alat bantu ini dilepas, anak tersebut tetap hidup walau ia memang masih tidak merespon sama sekali. Yang jelas anak ini masih tetap bernafas. Keluarga ini lalu bingung entah apa yang harus mereka perbuat untuk anak mereka. Kalau dipertahankan untuk dirawat di rumah sakit entah kapan si anak ini akan sadar mengingat biaya yang tidak murah. Tidak mungkin juga kalau dibawa pulang ke Indonesia.
Akhirnya keluarga ini mendapat info bahwa di sana (Australia) ada sebuah yayasan yang memang menampung orang-orang dalam kondisi seperti anak ini, yang disana mereka akan dirawat tanpa alat-alat bantu sehingga akan mati secara alami. Kemudian si anak ini dibawa ke yayasan tersebut. Dan keluarga anak ini akhirnya pulang ke Indonesia, meninggalkan anak ini karena keluarga ini berpikir toh anak ini akan mati dan mereka juga tidak bisa berlama-lama di Australia. Tapi ada satu orang yang masih setia untuk tetap menunggui anak ini, yaitu teman kuliahnya. Setiap pagi sebelum berangkat ke kampus si teman selalu menyempatkan untuk menengok anak ini. Si teman lalu mengajak ngobrol sambil mengusap-usap punggung tangan anak ini. Meskipun tentunya anak ini tidak akan merespon apapun. Begitu pula setelah si teman pulang dari kuliah ia menyempatkan diri untuk mampir menengok anak ini dan kembali bercerita mengenai aktifitasnya. Tak terasa 1 tahun telah berlalu. Si teman masih setia untuk mengobrol dengan anak ini. Pada suatu ketika si teman terkejut karena pada saat ia bercerita si anak merespon dengan mengangkat satu jarinya. Si teman lalu memanggil perawat tetapi perawat ini tidak percaya. Semakin lama anak ini bisa mengangkat dua jarinya, tiga jarinya, empat jarinya dan akhirnya anak ini bisa menggerakkan kelima jarinya. Barulah kemudian dokter dan perawat percaya bahwa anak ini sudah bisa merespon. Kemudian dihubungilah keluarga anak ini. Akhirnya anak ini bisa berkomunikasi dengan lancar. Anak ini sempat bertanya pada keluarganya kenapa selama ini ia ditinggal. Si ibu pun menangis karena merasa sangat bersalah.
Demikianlah kisah nya :)
Sekarang saya akan mengungkapkan apa yang saya dapat dari kisah tersebut...
Jujur saja saya sempat tertegun mendengar cerita ini. Ketertegunan saya adalah pada si teman. Bayangkan saja si teman sungguh sangat setia. Si teman tak pernah berhenti untuk berharap akan kesembuhan anak ini sekalipun harapan tersebut sepertinya sangat tipis. Si teman sabar untuk menunggu waktu. Sedangkan keluarga anak ini sendiri sudah putus asa. Mereka menyerah. Mereka sudah tidak punya harapan lagi sehingga meninggalkan anak ini.
Faktanya, kita sebagai manusia sering bersikap seperti keluarga anak ini. Awalnya kita punya pengharapan yang besar, tapi ketika kita tidak segera mendapat respon dari Tuhan dan kita menjadi lelah menunggu waktuNya, kita pun menyerah, kita memilih untuk tidak berharap lagi dan pergi meninggalkanNya.
Saya belajar dari si teman. Ia tetap setia, harapannya tetap besar, ia tidak menyerah, ia percaya sesuatu akan terjadi, bahwa segala sesuatu indah pada waktunya, bahwa ia sangat mengasihi anak ini. Menurut saya, bukan hal yang mudah untuk hanya sekadar menunggu. Mungkin bagi kita yang sibuk dan mempunyai banyak kegiatan akan merasa bahwa waktu satu tahun adalah waktu yang cepat, tidak terasa. Tapi untuk si teman melalui satu tahun menunggui anak ini sadar bukanlah perkara yang mudah, satu tahun bukanlah waktu yang sebentar. Si teman menunjukkan kesetiaannya dan kasihnya, tidak lelah untuk terus berharap dan memiliki iman bahwa anak ini pasti akan sembuh. Dan hasilnya adalah mujizat terjadi.
Harapan selalu ada bagi kita yang percaya padaNya, bagi kita yang berserah padaNya, bagi kita yang bersabar menunggu waktuNya. Jangan pernah lelah untuk berharap. Milikilah harapan hanya kepadaNya dan sesuatu pasti terjadi.
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih".. 1 Korintus 13: 13..
Sekian dari saya. Mungkin teman-teman juga mendapatkan sesuatu? Jangan disimpan sendiri, bisa dibagikan :)
God bless us
Sabtu, 27 Maret 2010
lama gak nulis
Sabtu, 09 Januari 2010
.softlens.
Rabu, 16 Desember 2009
kawat gigi menyiksaku
Minggu, 13 Desember 2009
Dipersiapkan Untuk Pekerjaan Baik
Pada intinya, jadilah manusia yang kreatif.
Contohnya produk minuman ringan, Coca Cola. Dari masa ke masa Coca Cola melakukan inovasi pada kemasannya (tentunya bukan formula minumannya). Mengapa perlu inovasi dan perlu mengembangkan?karena manusia sellalu tertarik dengan sesuatu yang baru sehingga agar kita bisa terus aktif maka kita harus terus mengembangkan talenta kita.
3. Berani mengambil risiko yang terukur
Kita harus berani untuk menginvestasikan sebagian dari hasil yang kita dapatkan. Jangan terlalu banyak berpikir mengenai risikonya, langsung kerjakan saja. Tuhan selalu melihat kerja kita, Dia tidak mungkin mendatangkan sesuatu yang tidak baik untuk kita.
4. Beri yang terbaik dengan professional
Lakukan sesuatu seperti kau melakukannya untuk Tuhan. Apapun kegiatan yang kita jalani saat ini, lakukan kegiatan tersebut seperti kita melakukannya untuk Tuhan.