Sabtu, 13 September 2014

Orang Sakit dan Ketidakjelasan Informasi

Ini pengalaman yang saya alami beberapa hari yang lalu. Entahlah apakah ada pelajaran yang bisa kita petik. Saya hanya ingin membagikan kejadian yang bagi saya cukup tidak mengenakkan.
Beberapa hari yang lalu saya sakit. Penyakit itu cukup membuat badan saya lemas. Saya pergi ke rumah sakit terdekat. Sebenarnya rumah sakit tersebut adalah rumah sakit ibu dan anak tapi saya pikir pasti ada poli umumnya. Rumah sakit tersebut saya pilih karena dekat dari tempat tinggal saya dan pada saat itu badan saya juga sedang lemas sekali sehingga saya hanya ingin cepat mendapatkan penanganan.
Begitu tiba di rumah sakit tersebut saya pergi ke bagian pendaftaran. Saya bertanya poli umum di sebelah mana, dan ternyata berdasarkan informasi yang saya peroleh poli umum hanya buka dari jam 8 sampai jam 12 siang (saat itu saya datang kira-kira pukul 2 siang). Lalu oleh petugas pendaftaran saya diarahkan ke UGD. Segera saya menuju UGD dan di situ saya langsung dibawa ke ruang periksa sembari ditanya identitas. Di situ saya sudah bertanya apakah saya bisa memakai asuransi dan bagaimana caranya, suster menjawab bisa dan katanya langsung diurus nanti di bagian kasir. Setelah selesai diperiksa lalu saya diarahkan ke bagian kasir di lantai 2. Setelah sampai di kasir, sambil menyerahkan invoice saya berkata pada petugas bahwa saya akan menggunakan asuransi. Tapi petugas menanggapi bahwa apabila akan menggunakan asuransi harus ada rekam medis dari UGD. Seketika saya bingung karena pada saat di UGD saya tidak diberikan rekam medis tersebut dan suster di UGD pun hanya berkata bahwa bisa memakai asuransi yang bisa langsung diurus di bagian kasir. Saya berkata kepada petugas kasir bahwa saya tidak diberi rekam medis dari bagian UGD, tapi petugas kasir tetap bersikeras saya tidak bisa menggunakan asuransi. Karena saya kesal langsung saja saya bayar tunai.

Melalui pengalaman ini, saya hanya berpikir dan bertanya-tanya, mengapa di saat seharusnya kita bisa lebih praktis tetapi harus dipersulit. Ini bukan permasalahan berapa besar yang harus saya bayar di rumah sakit tersebut, tapi saya memang cukup kesal di saat saya seharusnya bisa menikmati asuransi tetapi tidak bisa karena ketidakjelasan prosedur, dan di posisi ini saya adalah orang sakit yang butuh penanganan cepat. Bisa saja setelah petugas kasir memberitahu bahwa harus ada rekam medis dari UGD saya kembali ke UGD untuk menanyakan hal tersebut. Tapi saya sakit, badan saya lemas yang seharusnya mendapatkan pelayanan cepat, bukan bermaksud manja. Puji Tuhan saya masih bisa membayar biaya berobat tersebut, bagaimana dengan orang-orang yang benar-benar tidak mampu tetapi harus dipermainkan oleh ketidakjelasan prosedur seperti yang saya alami.
Sebenarnya ada beberapa hal ketidakjelasan lagi yang saya alami di rumah sakit tersebut namun saya rasa tidak perlu untuk diungkapkan. 
Saya mencoba untuk mengambil pelajaran dari yang saya alami tersebut. Dimanapun saya berada, ketika seseorang membutuhkan kejelasan, saya tidak boleh malas-malasan ataupun pelit dalam membagikan informasi yang saya ketahui :)

Selasa, 08 Maret 2011

Harapan Selalu Ada

Cerita ini didapat di kuliah hari Senin, 7 Maret 2011. Dosen saya menceritakan suatu kisah nyata. Memang yang dibahas ada lah segi hukumnya, tapi saya malah dapat sesuatu yang lain. Silahkan disimak ceritanya dengan bahasa saya sendiri :)

 

Ada seorang anak, berkewarganegaraan WNI yang sedang bersekolah di Australia, sedangkan keluarganya tetap di Indonesia. Suatu hari si anak ini mengalami kecelakaan yang cukup hebat sehingga ia harus masuk rumah sakit (tentunya rumah sakit di Australia). Karena kecelakaan yang parah ini si anak sampai koma. Ia bernafas tetapi tidak merespon sama sekali. Keluarganya hanya bisa berharap si anak ini cepat sadar. Tiga bulan berlalu dan anak ini belum sadar, sama sekali tidak menunjukkan kondisi yang lebih baik. Sampai pihak rumah sakit menyarankan kepada keluarga anak ini agar alat-alat bantu yang selama ini membantu si anak untuk tetap hidup dilepas saja, dengan tujuan agar penderitaan anak ini segera terlepas (bahasa kasarnya biar mati aja). Keluarga ini mempertimbangkan saran dari pihak rumah sakit mengingat biaya pengobatan di rumah sakit yang tidak murah dan lagi keluarga ini harus bolak balik Indonesia-Australia yang tentunya memakan biaya, juga karena sepertinya sudah tidak ada harapan hidup bagi anak ini. Akhirnya keluarga ini setuju dengan saran dari pihak rumah sakit. Alat-alat bantu dilepas dengan harapan ketika dilepas si anak akan segera mati. Ternyata...setelah alat-alat bantu ini dilepas, anak tersebut tetap hidup walau ia memang masih tidak merespon sama sekali. Yang jelas anak ini masih tetap bernafas. Keluarga ini lalu bingung entah apa yang harus mereka perbuat untuk anak mereka. Kalau dipertahankan untuk dirawat di rumah sakit entah kapan si anak ini akan sadar mengingat biaya yang tidak murah. Tidak mungkin juga kalau dibawa pulang ke Indonesia.

Akhirnya keluarga ini mendapat info bahwa di sana (Australia) ada sebuah yayasan yang memang menampung orang-orang dalam kondisi seperti anak ini, yang disana mereka akan dirawat tanpa alat-alat bantu sehingga akan mati secara alami. Kemudian si anak ini dibawa ke yayasan tersebut. Dan keluarga anak ini akhirnya pulang ke Indonesia, meninggalkan anak ini karena keluarga ini berpikir toh anak ini akan mati dan mereka juga tidak bisa berlama-lama di Australia. Tapi ada satu orang yang masih setia untuk tetap menunggui anak ini, yaitu teman kuliahnya. Setiap pagi sebelum berangkat ke kampus si teman selalu menyempatkan untuk menengok anak ini. Si teman lalu mengajak ngobrol sambil mengusap-usap punggung tangan anak ini. Meskipun tentunya anak ini tidak akan merespon apapun. Begitu pula setelah si teman pulang dari kuliah ia menyempatkan diri untuk mampir menengok anak ini dan kembali bercerita mengenai aktifitasnya. Tak terasa 1 tahun telah berlalu. Si teman masih setia untuk mengobrol dengan anak ini. Pada suatu ketika si teman terkejut karena pada saat ia bercerita si anak merespon dengan mengangkat satu jarinya. Si teman lalu memanggil perawat tetapi perawat ini tidak percaya. Semakin lama anak ini bisa mengangkat dua jarinya, tiga jarinya, empat jarinya dan akhirnya anak ini bisa menggerakkan kelima jarinya. Barulah kemudian dokter dan perawat percaya bahwa anak ini sudah bisa merespon. Kemudian dihubungilah keluarga anak ini. Akhirnya anak ini bisa berkomunikasi dengan lancar. Anak ini sempat bertanya pada keluarganya kenapa selama ini ia ditinggal. Si ibu pun menangis karena merasa sangat bersalah.

 

Demikianlah kisah nya :)

 

Sekarang saya akan mengungkapkan apa yang saya dapat dari kisah tersebut...

Jujur saja saya sempat tertegun mendengar cerita ini. Ketertegunan saya adalah pada si teman. Bayangkan saja si teman sungguh sangat setia. Si teman tak pernah berhenti untuk berharap akan kesembuhan anak ini sekalipun harapan tersebut sepertinya sangat tipis. Si teman sabar untuk menunggu waktu. Sedangkan keluarga anak ini sendiri sudah putus asa. Mereka menyerah. Mereka sudah tidak punya harapan lagi sehingga meninggalkan anak ini.

Faktanya, kita sebagai manusia sering bersikap seperti keluarga anak ini. Awalnya kita punya pengharapan yang besar, tapi ketika kita tidak segera mendapat respon dari Tuhan dan kita menjadi lelah menunggu waktuNya, kita pun menyerah, kita memilih untuk tidak berharap lagi dan pergi meninggalkanNya.

Saya belajar dari si teman. Ia tetap setia, harapannya tetap besar, ia tidak menyerah, ia percaya sesuatu akan terjadi, bahwa segala sesuatu indah pada waktunya, bahwa ia sangat mengasihi anak ini. Menurut saya, bukan hal yang mudah untuk hanya sekadar menunggu. Mungkin bagi kita yang sibuk dan mempunyai banyak kegiatan akan merasa bahwa waktu satu tahun adalah waktu yang cepat, tidak terasa. Tapi untuk si teman melalui satu tahun menunggui anak ini sadar bukanlah perkara yang mudah, satu tahun bukanlah waktu yang sebentar. Si teman menunjukkan kesetiaannya dan kasihnya, tidak lelah untuk terus berharap dan memiliki iman bahwa anak ini pasti akan sembuh. Dan hasilnya adalah mujizat terjadi.

Harapan selalu ada bagi kita yang percaya padaNya, bagi kita yang berserah padaNya, bagi kita yang bersabar menunggu waktuNya. Jangan pernah lelah untuk berharap. Milikilah harapan hanya kepadaNya dan sesuatu pasti terjadi.

"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih".. 1 Korintus 13: 13..

 

Sekian dari saya. Mungkin teman-teman juga mendapatkan sesuatu? Jangan disimpan sendiri, bisa dibagikan :)

 

God bless us

Sabtu, 27 Maret 2010

lama gak nulis

udah lama banget gak nulis..lagi gak mood banget padahal banyak skali ide tulisan di kepala.. =(

Sabtu, 09 Januari 2010

.softlens.

Tulisan pertama di tahun yg baru nih..hehe..

Hari Kamis timbul niat buat beli softlens. Sebelum na belum pernah pake sama skali so agak deg2an jg mau beli,he..

Akhir na baru hari Jumat na saya pergi ke optik, itu pun dipenuhi rasa ragu2. Sebelum na sih saya udah cari info mengenai softlens baik dari teman2 maupun browsing di internet. Dari hasil pencarian info tersebut saya menjatuhkan pilihan pada softlens Omega. Waktu itu saya pengen beli yg warna terutama coklat tp ya saya pikir disesuaikan sama budget. Kalo yg warna ternyata mahal bgt ya beli yg bening aza,he..

Setelah sampai di optik ternyata pilihan na hanya ada 2 merk, yaitu Omega dan X2. Langsung saya pilih Omega karna X2 kadar air na cuma 42% sedangkan Omega kadar air na 60%. Perlu diketahui semakin besar kadar air na maka softlens gak cepet kering.

Saya tanya sama mbak na "Omega yg warna brapa ya mbak harga na?". Si mbak menjawab "100(ribu) mbak". Wah langsung deh saya pilih yg warna karna emang dari awal budget saya buat beli softlens memang 100(ribu) (belum termasuk cairan pembersih na).

Si mbak langsung ngluarin berbagai macam warna, ada biru,hijau,ungu,coklat dan abu2. Warna favorit saya sih ungu (sesuai nama blog saya ^_^) tapi softlens warna ungu bukan jadi pilihan saya. Langsung saya pilih yg coklat karna memang dari awal saya pengen yg coklat karna kalo dipake gak terlalu terlihat.

Minus mata kanan dan mata kiri saya berbeda. Yang kanan minus 1 yg kiri minus 1 1/4. Softlens saya pilih yang minus 1 saja karna kalo beli 2 pasang gak ada budget na,he..

Karna sebelum na belum pernah pake softlens saya minta tolong mbak na buat ngajarin cara masang softlens. Pertama yg harus dilakukan tangan kita harus bersih, jadi saya disuruh mbak na buat cuci tangan terlebih dahulu. Setelah itu saya disuruh duduk menghadap kaca. Si mbak bilang "ni saya dulu yg make-in baru ntar mbak na coba sendiri ya..". Si mbak ngajari saya kalo sebelum pake softlens mata harus ditetes dulu dan softlens jg harus dicuci dulu. Waktu jari si mbak menuju mata saya, saya udah ketakutan alhasil gak berhasil deh,he.. Si mbak bilang "jangan takut mbak karna kalo takut mata refleks kedip padahal untuk masang sodtlens gak boleh kedip". Saya sih iya2 aza. Setelah dicoba lg akhir na berhasil masang softlens mata kanan-kiri. Si mbak "skarang saya lepas dulu trus mbak na coba sendiri ya..coba yg kanan dulu aza". Dengan jantung berdebar2 (he..) saya coba..Awal na gak berhasil,setelah bebrapa kali baru deh bisa. Tapi krasa ngganjel. Saya tanya mbak na "kok ngganjel ya mbak?". Si mbak bilang "coba saya lepas dulu". Setelah dilepas, mbak na bilang "wah ternyata softlens kebalik mbak (yg seharusna sisi luar jd sisi dalam)". Saya kaget kok bisa kebalik "lho emang bisa kebalik sendiri ya mbak?". Si mbak jawab "ya kadang kan waktu masang gak sengaja kedip, nah itu bikin softlens jadi kebalik".

Masang softlens susah2 gampang. Setelah di rumah beberapa kali saya pasang lepas. Tiap masang masih kesulitan kadang sampai mata merah dan nangis2,he.. Nglepas na jg bikin deg2an, kadang meleset. Ngeri juga sih "ngubek2" mata. Tapi emang dasar na saya gak suka pake kacamata jadi ya softlens jadi pilihan saya. ^_^

Sekian dulu cerita saya di awal tahun ini. GBU

Rabu, 16 Desember 2009

kawat gigi menyiksaku

Emm..aq pake behel baru bulan agustus kemaren. Pertama kali pake sakit bgt >.<

Nah..kemaren (rabu,161209) aq ada jadwal kontrol. Sperti biasa nya karet harus diganti. Kali ini karet warna nya pink agak ungu gtu. Bagus deh.. =) Kalo karet yg buat narik (gak tau nama na,he.) warna nya pink so matching deh,he..

Tapi gtu pulang dari kontrol rasa ngilu mulai deh krasa. Hasil nya aq harus nahan rasa ngilu itu dan cuma bisa makan bubur. Padahal malam itu lauk di rumah enak bgt, cap cay sama kwetiau, hehe.. Ya udah akhir nya aq masak bubur dikasih telur dan dikasih bumbu royco rasa sapi. Enak lho..he..

Pagi ini rasa ngilu masih terasa walau udah gak sesakit kemaren sih. Tapi tetep aza belum bisa makan nasi biasa. Perjuangan bgt deh pake behel ini coz harus nahan rasa sakit setiap bulan nya dan yg jelas bisa bikin berat badan menyusut. Yang pengen kurus tapi susah diet pake aza behel dijamin dalam bebrapa bulan berat badan akan menurun..haha..

Sekian dulu ya.. =)

Minggu, 13 Desember 2009

Dipersiapkan Untuk Pekerjaan Baik

Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan sudah dipersiapkan Tuhan untuk pekerjaan baik. Tuhan rindu kita bisa mengeluarkan yang terbaik dari talenta yang sudah diberikanNya kepada kita. Lalu bagaimana caranya kita bisa mengeluarkan yang terbaik dari diri kita?
1. Ciptakan peluang bukan mencarinya
Sebagai manusia yang masih produktif kita jangan hanya duduk berdiam diri menunggu datang nya peluang kepada kita, tetapi kita juga bisa menciptakan peluang. Tuhan pun sangat tidak menganjurkan kita sebagai anakNya untuk bermalas-malasan, karena kemalasan mendatangkan kemiskinan

2. Inovasilah dalam bekerja dan kembangkan yang punya

Pada intinya, jadilah manusia yang kreatif.

Contohnya produk minuman ringan, Coca Cola. Dari masa ke masa Coca Cola melakukan inovasi pada kemasannya (tentunya bukan formula minumannya). Mengapa perlu inovasi dan perlu mengembangkan?karena manusia sellalu tertarik dengan sesuatu yang baru sehingga agar kita bisa terus aktif maka kita harus terus mengembangkan talenta kita.


3. Berani mengambil risiko yang terukur

Kita harus berani untuk menginvestasikan sebagian dari hasil yang kita dapatkan. Jangan terlalu banyak berpikir mengenai risikonya, langsung kerjakan saja. Tuhan selalu melihat kerja kita, Dia tidak mungkin mendatangkan sesuatu yang tidak baik untuk kita.

4. Beri yang terbaik dengan professional

Lakukan sesuatu seperti kau melakukannya untuk Tuhan. Apapun kegiatan yang kita jalani saat ini, lakukan kegiatan tersebut seperti kita melakukannya untuk Tuhan.

Jumat, 20 November 2009

-- Perenungan di malam hari --

Ku tak tahu apa yg terjadi..

Seakan-akan smua nya terjadi hanya dengan membalikkan telapak tangan saja dan kemudian smua na berubah begitu berbeda..

Aku melihat gambar yang tidak jelas..abstrak..tidak bisa ku mengerti..

Tapi begitu aku membalik gambar itu aku melihat sebuah maha karya yang agung..yang sangat indah..bahkan terindah yang pernah aku lihat..

Gambar itu adalah hidup ku..

Tuhan telah menggambar hidup ku begitu indah walau terkadang aku melihat hanya sebagai sesuatu yang tidak jelas tapi aku tetap percaya padaNya dengan segenap hati ku..karna aku tau Dia telah merancangkan sesuatu yang luar biasa dalam hidup ku..amin..